Advertisement
ilustrasi (sindonews.com) |
Radio Dakta bersama Majalah Ummi dan Masjid Al Azhar Jaka Permai Bekasi bekerjasama menyelenggarakan seminar mengenai Peran Ibu dalam Menangkal LGBT, Kamis, 19 Maret 2016, yang dihadiri oleh ratusan ibu dari Bekasi dan sekitarnya.
Tampil sebagai pembicara, Bunda Astri Ivo dan Dra.Hj. Dwi Septiawati selaku Direktur Utama Ummigroup Media.
Berikut ini rangkuman seminar mengenai beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para ibu agar membentengi keluarga dari propaganda LGBT:
1. Melek media
Jangan sampai seorang ibu hanya tahu cara menggunakan HP jadul yang sekadar bisa menelepon dan SMS saja. Ini namanya ibu telah dininabobokan, dibuat tidak tahu apa-apa.
Padahal anak-anak yang lahir di era digital, bahkan tanpa diajari pun sudah bisa menggunakan smartphone, menjelajah berbagai video dalam genggamannya.
Ibu perlu melek media, perlu bisa menguasai teknologi, agar bisa mengontrol apa yang dilakukan oleh putra-putri kita di dunia maya.
Bertemanlah dengan anak-anak kita di facebook, follow twitter, dan instagram mereka. Agar ibu bisa tahu apa yang dilakukan mereka di sosmednya.
2. Bangun kembali suasana kekeluargaan di rumah
Ibu dan ayah perlu mengobrol dengan anak-anak, buatlah aturan untuk makan malam bersama, sarapan bersama satu meja makan, nonton bersama di rumah, ketika sedang bersama-sama jangan pegang HP!
3. Pendampingan anak
Setting filter tontonan anak-anak kita di youtube, terutama untuk anak yang masih belum baligh.
Tapi jika sudah remaja, di mana orangtua sudah sulit mengontrol mereka, maka berilah penjelasan dan pemahaman agar putra-putri kita bisa mengontrol sendiri tontonan mereka.
Dampingi anak-anak kita dengan menjadi sahabat mereka setelah remaja. Jangan sekadar tunjuk, suruh, larang, tapi coba pahami anak-anak kita.
4. Ajarkan anak sesuai dengan zamannya
Tidak zaman lagi memukul anak dengan rotan untuk mengajarkannya. Anak justru bisa 'kabur' dari rumah dan tersesat dalam dunia gemerlap, narkoba, ataupun LGBT.
5. Dorong ayah menjadi Sahabat anak-anak
Para ibu perlu mendorong suami untuk menjadi sahabat bagi anak-anak. Jangan sampai putra-putri kita kehilangan figur ayah! Jangan biarkan para ayah sibuk bekerja saja sehingga di rumah hanya sekadar tidur, tak peduli dan tak mau tahu menahu urusan anak.
Sungguh fatal tumbuh kembang anak-anak kita jika tak memiliki sosok ayah yang bisa mereka jadikan teladan. Ibu memang madrasah bagi anak-anaknya, namun kepala sekolahnya adalah sang ayah. Maka para ibu penting memberi pemahaman pada para ayah untuk turut bertanggung jawab.(ummi-online.com)
0 komentar:
Posting Komentar